Pages

Kamis, 11 Maret 2010

MUslim Kece




Gendutzzz ,tetep syar'i tapi kece donkzz

Membangun Moral di abad Global

Oleh : Khoirul Anwar


"if religion without morality lacks a solid earth to walk on, morality without religion lacks a wide heaven to breath in".(Jika agama tanpa moralitas, kekurangan tanah untuk berjalan diatasnya, jika moralitas tanpa agama, kekurangan surga langit untuk bernafas).

Kata-kata Prof. John Oman yang di kutip oleh Dr. Faisal Ismail diatas mengajak kepada kita untuk menilik kembali terhadap pandangan kita yang selama ini kita pegang khususnya dalam hal memperbincangkan dalam kemajuan suatu bangsa.Kemajuan suatu bangsa tak hanya di ukur melalui patokan kemajuan teknologinya dan GNP nya semata tetapi juga harus dilihat kelakuan masyarakatnya seperti yang tertulis dalam syairnya Ahmad Syangu, "sesungguhnya ini suatu bangsa terletak pada akhlaknya, jika akhlak mereka bejat hancurlah bangsa itu".

Kemajuan terknologi di segala bidang memang telah mempermudah kerja manusia tetapi jika tak ada control, kemajuan teknologi malah menyeret masyarakatnya kedalam berbagai jebakan krisis seperti krisis kejiwaan, krisis ekologi, krisis kejujuran dan masih banyak lagi. Dampaknya kini mulai muncul seperti kasus bunuh diri, membunuh bayi-bayi maupun gejala-gejala depresi berat yang menyelimuti masyarakat diabad global adalah tanda dari kehampaan jiwa masyaraka modern.

Di lain pihak, bahaya kerusakan alam semakin mengkuatirkan. Tanah longsor, banjir bandang, angin ribut, gempa bumi yang akhir-akhir ini marak terjadi di tanah air menambah "kengeluan" bangsa ini. Glogbal worming merupakan ancaman serius bagi segenap makhluk di muka bumi. Dalam kurun waktu seratus tahun terakhir suhu bumi akan meningkat 0.7 derajat celcius. Para ahli memprediksikan, jika tak ada upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, pada tahun 2100 suhu bumi akan meningkat hingga 0,8 derajat celcius. Padahal jika kenaikan suhu melebihi dua derajat celcius maka akan terjadi kepunahan banyak spesies dan ekosistem. Salah satu penyebab terjadi perubahan iklim global di Indonesia adalah kebakaran hutan dan lahan serta semakin rusaknya hutan akibat pembalakan liar.(Tempo, 30 april 2006)

Semua fenomena diatas semakin meyakinkan akan kebenaran firman Tuhan bahwa"Telah tampak kerusakan di dadarat dan di laut disebabkan oleh ulah tangan manusia"(Q.S ArRum:41).Kalu kita cermati seksama dari pengalaman hidup maupun kita kaji dari Al Qur'an bahwa kerusakan alam merupakan akibat kerakusan manusia yang tak arif dalam mengeksploitasi kekayan alam.Kerakusan adalah urusan moral yang tersimpan dalam sanubari masing-masing orang. Moral yang menjabat "chek and balance" telah mengalami kemerosotan yang menyebabkan penodaan terhadap harkat kemanusiaan (human dignity) sehingga pemiliknya terperosok sebagai budak penyembah nafsu.Walau kita tahu bahwa abad ini adalah abadnya orang-orang pintar tetapi kehidupanya jauh dari tanda-tanda orang berilmu. Mengapa demikian? Allah menjawabnya ,"Pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhanya. Allah memberi sesat dengan ilmumya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas kepalanya itu. (Q.S AL Jatsiyah:23)

Sebab utama merosotnya moral adalah hilangnya keyakinan (iman) terhadap Tuhan, hari akhir dan balasan surga-neraka. Agama yang telah di berikan Tuhan sebagai pembimbing di tinggalkan begitu saja, sehingga norma-norma yang mengatur perilaku manusia dilupakan. Dosa telah dianggap ringan dan hal yang biasa, Tuhan hanyalah cerita tahayul dan dianggap sebagai sosok yang di gunakan untuk menakut-nakuti anak kecil belaka. Hingga timbullah pandangan bahwa takkan ada lagi kehidupan sesudah mati, tak ada lagi balasan surga neraka, seperti yang dikatakan Klein, "dengan membebaskan diri dari rasa takut terhadap ancaman neraka, maka lepas pula harapan akan kenikmatan surga, orang hidup,mati, dan selesailah sudah".Pernyatan itu di tepis Allah, "Dan mereka berkata "tak ada kehidupan lain, melainkan kehidupan di muka bumi ini. Kita mati dan hidup tidak ada yang memusnahkan melainkan waktu. Sesungguhnya mereka tidak tahu tentang hal itu, mereka hanya menduga-duga saja".

Lalu bagaimana kita menyelamatkan moral kita yang selama ini tercecer di lembah hiruk pikuknya nafsu sekaligus mengembalikan "tuhan" kita Yang telah kita "hilangkan" tersebut ? jawabannya adalah seperti yang telah di katakana Prof.Jaques Barzun, "restore god to the fullness of his reality" (kembalikan Tuahan kepada kedudukanNya yang sesungguahnya).Dengan mengacu pada ucapan jaques berarti kita harus menghadirkan Tuhan dalam segala hal dalam menampaki proses kehidupan kita, menghadirkan hakikat tuhan bahwa Dialah sbagai inspirasi atau patokan moral hidup.

Kalau memang "tuhan" harus hadir dalam segala dimensi kehidupan ini maka salah satu jalan yang harus di tempuh adalah membentangkan agama sebagai jalan bagi kita untuk lebih dekat atau lebih mengena rasa ketuhanan kita,.Mengapa harus agama yang kita pilih sebagi salah satu cara bagi kita untuk menghadirkan tuhan atau sumber moral kita ?.

Memperbincangkan masalah sumber moral yang sesuai dengan perilaku manusia sekaligus tak pernah kering adalah agama sebagai jawabannya, karena agama merupakan jalan penyampaian moral tuan yang di turankan kepada makhluknya.Moral yang bersumber dari agama akan menjadi kuat dan tahan terhadap berbagai benturan zaman sehingga agama akan tetap memposisikan "manusia sebagai manusia".

Adalah pasti bahwa agama islam merupakan sumber nilai-nilai moral islam. Nilai moral dalam islam sangat di junjung tinggi dan ditempatkan pada kursi agung.Karena moral merupakan elemen penting dalam membentuk peradaban. Nabi Muhammad di utus kedunia tak sebatas menyampaikan risalah ketauhidan semata melainkan menyampaikan pesan-pesan moral yang hasanah.("tiadalah Kami mengutus kamu(Muhammad)melainkan bagi rahmat semesta alam. Aku di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia.)

Jelaslah bahwasannya misi Muhammad tidak sekedar mengajarkan ritual-ritual ibadah, do'a atau menyuruh jihad, melainkan sebuah misi yang sangat mulia yakni menghijrahkan manusia dari kesesatan menuju kebenararan ,dari sifat barbarisme menuju sikap tawadhu', dari sikap rakus menuju sikap qona'ah dan ikhlas. Menjadikan manusia kembali kefitrohnya yang di ridoi Tuhan.

Moral islam menekankan aspek penyucian hati karena pada hakekatnya hati merupakan pusat inspirasi dan motivasi akal untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan terhadap sesuatu hal yang akhirnya melahirkan suatu pandangan (persepsi). Manusia yang pandangan hidupnya tidak jelas atau mengambang maka cenderung perilakunya pun nampak amburadul dan bingung. Keyakinan yang tidak mantap akan melahirkan sosok-sosok manusia kelas rendah, munafik, pragmatis, hedonis dan sekule. (Dr. Muhammad Tholib, Melacak kekafiran berfikir).

Hal ini pernah terjadi pada bangsa arab saat islam belum datang .Arab jahiliyah kebanyakan kaum pengembara badui yang hidupnya nomaden, memiliki jiwa yang kasar, kering dari "air ketauhidan", suka merampok, tak tahu halal haram, hanya berorientasi pada kesenangan yang sekejap sehingga alqu'an mengatakan orang-orang ini munafik dan tak bertuhan.

Tetapi setelah islam datang keadaan berubah, mereka menjadi santun, terbimbing kejalan yang benar dan ditinggikan kedudukannya yang semula bersifat hewaniyah kepada kedudukan yang mulia.

Itulah islam yang lebih mengedepankan pembentukan moral di banding dengan hal lain. Karena kita tahu bahwa moral merupakan penentu"warna" peradaban manusia. Jika bangsa yang besar, maju dalam bidang keduniaan saja tetapi moral bangsanya amburadul maka sudah dapat di pastikan bangsa itu akan segera runtuh
.
Islam di datangkan untuk memperbaiki peradaban manusia oleh karena itu islam adalah agama peradaban dan tak menentang peradaban suatu bangsa manapun selama peradaban itu memberi manfaat kepada manusia dan mengangkat harkat, martabat manusia. Namun jika peradaban itu ternyata tak sesuai dengan fitroh manusia dan mendehumanisasi, maka islam akan melawan ,karens islam adalah agama perlawanan.Wa Allahua'lam.

PEMUDA DALAM PERJUANGAN

Oleh : BRYAN AGA MURIDA


Pemuda.!!!
Pemuda adalah suatu umur yang memiliki kehebatan sendiri,menurut DR.Yusuf Qardhawi ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas.Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang jompo.Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa,bisa dikatakan seperti dinamit atau TNT bila diledakan.Subhanallah.

Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan.Dimana saja,di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda.Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik.Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata,"Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya."Begitu juga dalam sejarah Islam,banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah dalam berjuangan sperti Mushaib bin Umair ,Ali bin Abi tholib,Aisyah dll.Waktu itu banyak yang masih berusia 8,10 atau 12 tahun.Dan usia-usia itu tidak dapat diremehkan.Mereka punya peran penting dalam perjuangan.Maka dari itu jika ingin Indonesia menjadi lebih baik maka perbaikan itu yang utama ada di tangan pemuda,Perbaikan itu akan tegak dari tangan pemuda dan dari pemuda.

Pemuda mempunyai banyak potensi.Akan tetapi jika tidak dilakukan pembinaan yang terjadi adalah sebaliknya.Potensinya tak tergali,semangatnya melemah atau yang lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik misalnya tawuran dsb.

Sekali lagi ,pemuda adalah usia dan sosok yang hebat tapi tidak semua pemuda hebat . Pemuda yang hebat adalah pemuda yang B A B.:Apa itu B A B?

B.BERANI BERMIMPI DAN BERNIAT
Mana mungkin kita sebagai pemuda bisa maju jika bermimpi saja tidak berani.Impian adalah cita-cita maka beranilah bermimipi,bagaimana bisa dapat nilai sembilan dalam ujian praktek ,bila bermimipi angka sembilan ada di raport saja tidak berani, bagaimana bisa dapat nilai sembilan jika mimpinya (cita-citanya) hanya dapat 6.Kalau ingin dapat nilai sembilan maka impikanlah nilai sepuluh.Saya pasti bisa dapat 10.impikan saja,bayangkan saja 10 jangan 9,8 apalagi 5.Impian akan menimbulkan niat ,niat akan menimbulkan sikap,sikap akan menimbulkan usaha untuk mewujudkan cita-cita .Dan impian juga akan menimbulkan semangat ,semangat ibarat api yang akan memicu ledakan potensi yang luar biasa.Maka marilah kita miliki impian,obsesi dan ambisi istilah kerennya POENYA TASTE hehe sperti iklan aja.

Niat .Niat saja tidak berani bagamana bisa berbuat.Niat saja mulai sekarang ,tapi yang baik-baik.Sabda Nabi,"segala sesuatu itu tergantung niatnya.Pemuda harus punya niat. Niat menumbuhkan kesungguhan dalam beramal,keseriusan dalam berfikir serta keteguhan dalam menghadapi penghalang. Niat yang sempurna adalah niat karena Allah dengan landasan iman. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist dari Umar bin Khatab bahwa barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya,barang siapa berhijrah untuk dunia yang ia cari atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya untuk yang ia niatkan. Dengan niat karena Allah kita akan mendapat ridho-Nya Insya Allah.

A.ANDALKAN DIRI SENDIRI
Pemuda yang hebat bukan pemuda yang berkata,"Ayah ku polisi lho,jangan macam-macam sama aku" atau "ayahku kaya ,aku minta apa-apa pasti dituruti." Bukan seperti itu, tapi pemuda yang hebat dan berjiwa besar adalah pemuda yang berkata,"inilah diri" atau " menjadi diriku dengan segala kekurangan" kayak nasyidnya es coustic.Pemuda yang hebat adalah pemuda yang tidak menyombongkan prestasi ayahnya,pamannya,ibunya atau lain-lain. Mereka sadar,andaikata ayah mereka polisi mereka sadar yang polisi kan ayah bukan saya,klo ayah mereka pejabat yang berprestasi mereka sadar itu prestasi ayah buka saya,saya harus ciptakan prestasi sendiri.

Jadilah mereka pemuda yang mandiri, dengan kemandirian itu ia terpacu untuk tidak menggantungkan diri pada siapa pun kecuali Allah ,ia menjadi yang tangguh,ia berusaha memacu dirinya menjadi lebih baik dari hari ke hari sampai akhirnya ia bisa merubah lingkungannya. Ia menjadi pemuda yang percaya diri.

B.BERANI BERBUAT
Jika sudah punya mimpi dan percaya akan kemampuan sendiri maka yang berikutnya ialah siap action.Yup berbuat,berani untuk melakukan aksi-aksi perubahan.
Merubah diri sendiri dengan mengendalikan hawa nafsu,mencari ilmu, memperbaiki ibadah.Berani mencoba untuk sebuah kemenangan tanpa takut gagal.Ingatlah bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.Thomas alfa Edison berhasil menemukan bola lampu pada percobaan ke 14.000, berarti dia telah gagal dalam 13.999 percobaan,tapi dia tidak menyerah.Berani mencoba, bagaimana mungkin akan menang lomba lari jika mencoba mendaftar lomba saja tidak berani. Berani memulai. Memulai adalah hal yang sulit kata sebagian orang , setelah itu akan berjalan lancar.Maka kita harus berani memulai,walaupun sulit coba dulu,Insya Allah berikutnya berhasil.Mulai dari yang kecil ,ingin membersihkan Yogya dari sampah? mulailah dengan kita membuang sampah pada tempatnya.Tidak perlu ditunda-tunda mulai dari sekarang, tidak perlu menunggu orang lain mulai dari diri sendiri saja.

Berani beraksi adalah wujud konsisten kita pada apa yang kita yakini,kita impikan.Kita memimpikan Indonesia menjadi lebih baik maka berani beraksi untuk perbaikan tersebut sesuai dengan kreativitas kita adalah hal yang hebat. Dari yang kecil tidak masalah. Yang penting kita berani.Tatap dunia , hadapi, jangan bersembunyai, jangan hanya bicara tapi berbuat,beramal.Kita tunjukan bahwa kita pemuda , kita tidak diam tapi bergerak menuju perbaikan yang lebih baik.Bahwa kita tidak duduk, tapi kita berjuang.Talk less to do more.

Sahabat-sahabat kita adalah pemuda,masa depan negeri ada ditangan kita,Perubahan ada di tangan kita mari kita mencari ilmu ,membina diri dengan sekolah yang tekun ,ikut mentoring untuk memperkokoh keyakinan,ikut kajian kemudian membina fisik agar sehat dan kuat.Agar kita bisa mengelola dan merubah masa depan.

Surat Untuk Yang Tersakiti

Oleh : Muhammad Baiquni


Teruntuk seseorang yang pernah ku sakiti.
Teruntuk seseorang yang kecewa dengan tingkahku selama ini, untuk dia yang terus berdiam diri, untuk seseorang yang pernah mengisi namanya dihatiku ini.

Assalamu’alaikum wahai engkau yang pernah tersakiti,

Lama kita tidak saling mengirim kabar, teramat lama juga kita membangun luka antara sesama kita. Maafkanlah aku yang terus kecewa, maafkan aku yang begitu posesif ingin melindungimu namun aku tak pernah mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk melindungimu. Maafkanlah aku yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.

Teramat lama aku ingin segera mengakhiri perang dingin ini. Teramat lama aku ingin kita kembali berteman seperti dulu lagi, tanpa harus ada makian antara aku dan kamu. Teramat lama dan telah teramat sesak aku menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan kata maaf ini. Maka maafkanlah aku.
Apakah engkau harus terus memegang kata: tidaklah mudah untuk memaafkan.

Bukankah Tuhan saja Maha Pemaaf, namun mengapa aku atau engkau tidak mampu memaafkan? Sudah menjadi tuhan-tuhan kecilkah kita?
Atau memang engkau telah memaafkan segala kesalahanku? Namun mengapa telah terputus tali silaturahmi diantara kita?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah begitu mudah memutuskan sesuatu yang berat, janganlah begitu mudah membenci sesuatu. Hal yang engkau anggap ringan itu sebenarnya adalah sesuatu yang berat di mata Allah. “Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil.”
Masih ingatkah engkau suatu kisah, dimana engkau bercerita: “Aku pernah memiliki seekor domba, dulu domba itu begitu kusayang. Kemana aku pergi domba itu mengikutiku, dan kemana domba itu beranjak akupun mengikutinya. Namun suatu hari aku amat begitu buruk dan membencinya, domba itu mulai sering mengomel. Dia mengoceh betapa aku harus lebih sering mandi, dia terus berkelakar bahwa tidak baik jika aku tidak mandi. Dia mulai sering mengkritikku. Aku marah. Aku ku tinggalkan domba itu sendiri. Tidak peduli dia mau mati atau terisak nangis sendiri. Bahkan domba itu mulai membentak bahwa selama ini aku tidak ikhlas menemaninya, padahal aku ikhlas.”

Dan aku pun tersenyum mendengar kisahmu. Aku pun berkata, “Mengapa tidak kau temani lagi dombamu yang sedang merajuk itu?”
Kau pun ketus menjawab, “TIDAK! Dia bukan dombaku!”

Tahukah engkau wahai seseorang yang pernah ku sakiti, aku pun kini merasakan apa yang dialami oleh domba itu. Terlalu sakitkah dirimu sehingga engkau begitu membenciku dan menjadikan aku laksana domba dalam ceritamu?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah engkau seperti Yunus ketika meninggalkan kaumnya karena kemarahannya akibat kezaliman kaumnya dan Allah pun memperingatkan Yunus, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.”

Dulu kita pernah berteman baik sekali, hingga aku pun mengerti kapan kau akan sakit dalam tiap-tiap bulanmu. Dulu engkau begitu pengasih, hingga tahu betapa aku menginginkan sesuatu dan engkaupun memberikannya. Dulu, kita berdua begitu baik.

Namun mengapa setelah datang kebaikan, timbul keburukan?

Sedari awal, aku telah memaafkanmu. Bahkan aku merasa, kesalahanmu di mataku adalah akibat salahku. Aku yang memulai menanam angin, dan aku melihat badai di antara kita. Badai dingin yang amat begitu menyesakkan. Paling tidak untukku.

Jangan takut jika engkau khawatir perasaan cinta yang dulu melekat akan kembali timbul. Aku bukanlah seorang baiquni seperti yang dulu lagi. Aku telah mengubah sudut pandangku tentang seseorang yang layak aku cintai. Aku sekarang sedang mencari bidadari.

Ingin aku bercerita kepadamu, kandidat-kandidat bidadariku.

Mengapa setelah habis cinta timbul beribu kebencian. Mengapa tidak mencoba membuka hati untuk seteguk rasa maaf. Jujur, bukan dirimu saja yang tersakiti, namun aku juga. Namun aku mencoba membuang semua sakit yang begitu menyobek hati. Andai engkau tahu wahai engkau yang pernah kusakiti.
Pernahkah engkau menangis karenaku seperti aku menangis karenamu? Seperti aku terisak dihadapanmu. Pernahkah?

Mungkin dirimu telah menemukan seseorang yang begitu engkau sayangi. Seseorang yang mampu membangkitkan hidupmu lagi, tetapi aku? Pernahkah engkau berpikir betapa hal yang engkau lakukan terhadapku begitu berdampak laksana katrina. Bahkan setelah itu aku masih memaafkanmu, bahkan aku menunduk memintamu memaafkan aku.

Sudah menjadi tuhan kecilkah dirimu? Bahkan Tuhan saja memaafkan.

Tahukah wahai engkau yang pernah tersakiti, betapa aku meneteskan air mata saat menulis ini. Betapa aku seolah pendosa laksana iblis yang terkutuk. Apakah engkau mengerti apa yang kurasakan? Mengertikah dirimu?

Tak pernah ada manusia yang luput dari suatu kekhilafan. Tidak aku, tidak juga kamu wahai engkau yang pernah tersakiti. Maka, bukalah pintu maafmu itu.
Untuk surat ini, untuk kekhilafanku yang lampau, untuk kenangan yang membuatmu sakit, untuk segala sesuatu tentang kita, aku minta maaf.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sang Pengawas Ujian

Saat Ujian Tengah Semester satu bulan yang lalu, ada satu kejadian simpel yang berkesan bagi saya. Waktu udah menunjukkan pukul 16.00 yang menandakan bahwa ujian akan segera dimulai. Mahasiswa-mahasiswa yang sudah stand by di luar pun segera masuk ke ruangan. Soal dibagikan, lembar jawaban dibagikan, kami semua mulai membaca soalnya.

. . .

Sunyi..

Baru beberapa detik membaca, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang tenang. Kata-katanya diucapkan dengan pelan dan jelas. "Yak, sebelum ujian, mari kita berdoa dulu agar semuanya lancar dan diberi kemudahan. Berdoa dimulai."

. . .

Ternyata sang bapak pengawas ujianlah yang bersuara. Seumur-umur saya kuliah, baru satu kali kejadian ini saya alami. Baru kali ini ada bapak karyawan kampus alias. pengawas ujian yang mengingatkan mahasiswa untuk berdoa sebelum mulai mengerjakan soal ujian.

Saya terkesan. Tidak hanya saya, karena saya mendengar suara-suara respon dari teman-teman saya. Respon positif tentunya. Salah satu teman saya menyeletuk, "Wah, keren, keren," ujarnya sambil tersenyum lebar.

Hmm..apa kita ingat kapan kita terakhir membaca doa di kelas?
TK, SD, SMP, SMA

Selama duduk di tingkat-tingkat tersebut, kelas selalu diawali dengan doa dan salam yang dipimpin oleh ketua kelas masing-masing. Saat kuliah, apalagi kerja, karena kita dianggap sudah dewasa dilihat dari umur, kita diasumsikan bisa me-manage diri sendiri, maka dari itu kini tidak ada lagi kewajiban membaca doa bersama sebelum kelas resmi dimulai.

Tapi..
Berapa banyak dari kita yang ingat untuk berdoa?
Padahal doa merupakan hal simpel yang sangat berarti, sangat menentukan bagaimana Allah akan menilai suatu aktivitas yag kita lakukan

Dengan doa, kita bisa meluruskan niat

Dengan doa, kita bisa ingat kembali tujuan kita dan mengaplikasikan ilmu yang kita sapa untuk kebaikan bersama (aamiin, semoga)

Dengan caranya yang sederhana, bapak pengawas ujian itu telah menginspirasi dan mengingatkan kita agar senantiasa meluruskan niat, mengingat kembali tujuan kita, dan tentunya tidak lupa akan keberadaan-Nya.

Siapa tahu selama ini kita bekerja tanpa nyawa?
Siapa tahu ilmu yang kita dapat selama ini hanya mengawang dan sia-sia?
Mudah-mudahan tidak

Hmm..
Mari kira luruskan niat dan jangan lupa berdoa sebelum melakukan hal apapun!


Rupanya, Indonesiaku Sedang Cari Pengalaman

Juli lalu, tersiar banyak kabar buruk dari ibukota Jakarta. Salah satunya tentang seorang bapak yang membopong jenazah anaknya. Hal itu beliau lakukan karena tidak ada yang dengan sudi mengangkut jenazah anaknya dengan mobil. Akhirnya, dibawah teriknya matahari, sang Bapak membawa jenazah anaknya dengan gerobak sampah. Beberapa hari kemudian, kabar buruk kembali datang. Kali ini tentang penolakan 6 Rumah Sakit terhadap bayi mungil berusia 14 hari yang bernama Zulfikri yang mengidap penyakit mematikan. Dengan alasan yang sedemikian rupa, anak yang tidak berdosa itu dilempar kesana sini. Penjualan bayi pun ikut meramaikan bursa "kegagalan" negara ini dalam mengisi usianya yang makin renta. Rosdiana dengan dalih mencari nafkah tambahan ditengah rumahnya yang telah berlantai dua dengan amannya menawarkan lebih dari 40 ibu hamil untuk dibiayai persalinannya dan dirawat. Padahal itu semua kedok semata agar anak yang nantinya dilahirkan dapat menjadi kebun uang yang akan menggembirakan.

Maka julukan sebagai bangsa yang murah maaf (baca : mudah memberi maaf) perlu dipertanyakan kembali. Ada orang asing yang heran dengan kebiasaan bangsa kita yang biasa mengucapkan maaf, misal pada saat mengawali pembicaraan. Menurutnya, sangat aneh mengucapkan kata maaf diawal pembicaraan, padahal dia tidak bersalah. Dan lebih aneh lagi, ketika justru dia benar-benar -terbukti, secara sah dan meyakinkan- bersalah, tapi sulitnya untuk mengucapkan maaf atas kesalahannya.

Kasus lain juga mungkin perlu disingkap, misalnya ada orang yang dengan mudah mempersilahkan orang lain untuyk mengambil makanan pada saat pesta walimah (prasmanan), seolah-olah seluruh tamu yang datang adalah saudara yang harus dimuliakannya, bahkan dengan senang hati mereka antre. Tetapi kejadian yangs angat kontral bisa langsung kita saksikan ketika orang antri membayar tagihan listrik atau telepon. Mudah sekali orang untuk menyerobot antrean dengan seenaknya dan tiada rasa malu dan bersalah untuk melakukan tindakan yang memalukan dan merugikan orang lain itu. Padahal, menyerobot itu adalah perbuatan yang paling dibenci orang Barat modern, meskipun mereka belum belajar unggah-ungguh . Jangan-jangan ketaatan dan senyum kita yang ramah hanya lip service , karena pada kenyataanya tampak "raut muka asli" bangsa ini bertolak belakang dengan realitas yang ada.

Analis luar negeri juga pernah mengatakan "Indonesia adalah negara yang subur, negeri yang diberikan kekayaan alam oleh Tuhan yang melimpah, tetapi bangsa ini "dikutuk" oleh karena perbuatannya sendiri". Kelahiran generasi penerus koruptor akan makin menjatuhkan kondisi perekonomian bangsa yang kita cintai ini. Ketika seorang soleh tampil kedepan, dan menolak untuk dilibatkan dalam proyek korupsi, maka dengan terus terangnya mereka mengatakan "Anda ini sudah ketinggalan zaman, Indonesa sudah tidak butuh orang-orang suci".

Dikuranginya jam tayang televisi hanya hingga pukul 01.00 dini hari dengan dalih hemat energi, tidak bisa menjadi jaminan bahwa sisa energi kita tidak akan habis. Karena persoalannya bukan itu. Kebocoran "energi" justri sebenarnya bis terjadi di banyak sektor lain. Misalnya, salah satu pemborosan penggunaan uang belanja negara, penggerogotan uang negara untuk ngelancong alias jalan-jalan ke luar negeri, seperti yang dilakukan anggota dewan kita. Para wakil rakyat yang berkedudukan di Ibukota negara itu berdalih, kedatangannya ke luar negeri dalam rangka studi banding, lah koq, malah belanja dan memborong beberapa benda mahal yang tidak ada di negara kita.

Hemat energi model Jakarta lebih lucu lagi. Dalam sebuah kesempatan, Bang Yos -Gubernur DKI Jakarta- mengatakan "kami akan menindak tegas siapapun yang menggunakan lampu secara berlebih-lebihan seperti lampu pada pada papan iklan besar..". Padahal, baru beberapa hari lalu, Pemda DKI menghabiskan APBD sebesar 28,5 M untuk pembangunan air mancur modern di Bundaran HI. Air mancur itu sendiri secara otomatis menyerap energi yang tidak sedikit. Tapi tetap saja, Bang Yos cuma bisa berdalih "... pembangunan air mancur kan untuk pemandangan jakarta sebagai Ibukota negara agar lebih indah..". Teriakan protes sebagian warga yang sangat tidak setuju dengan hal bertentangan itu hanya ditepuk sebelah tangan, dilirik sebelah mata dan didengar sambil tidur lelap.

Sampai kapan kita menyaksikan wajah ketidak adilan sosial ini terjadi di negara kita? Perlu kita renungkan bersama, bahwa Allah SWT telah "menyapa" kita setidaknya yang paling besra lewat tsunami Aceh yang memakan korban ratusan ribu jiwa itu. Apakah ada tanda-tanda bangsa ini untuk bangskit? Kalau melihat apa yang pernah diucapkan mantan anggota parlemen Jepang yang mengenang saat hancurnya Nagasaki dan Hiroshima oleh Bom atom A.S, beliau berkata "bangunan sebesar telapak tangan pun kami tidak punya, betapa hancurnya negara kami waktu itu" . Lihatlah, pada titik terendah itu, Jepang bangkit dan kini menempati posisi ke-2 negara termaju setelah Amerika. Apakah ini bisa menjadi "hipotesis" (cerminan) kita, bahwa pada titik terendah setelah Tsunami, Aceh atau bangsa kita bisa bangkit dan menjadi bangsa yang keluar dari krisis serta melaju sebagai bangsa yang disegani?

Sekali lagi, evaluasi diri merupakan hal yang utama bagi kita atas apa saja yang kita saksikan dan dengarkan tentang "kemalangan" bangsa ini. Sikap optimistis memang harus selalu dipupuk, tetapi pesimisme akan terus mengintai sepanjang "babak ketidakpastian" ini berlangsung tiada ujung. Jawa Pos beberapa bulan lalu pernah mewartakan penelitian media massa dunia, bahwa bangsa Indonesia berada pada posisi pertama dalam soal bangun pagi, sedangkan Jepang, A.S dan negara maju lainnya paling siang. Nah, Pertanyaannya adalah kalau memang bangsa Indonesia bisa bangun lebih pagi, lalu apa saja yang dilakukan selama baru bangun itu, kemajuan jarang ditemukan, yang ada hanya kemajuan jam kedatangan kantor (baca : terlambat) dan sikap-sikap pejabat maupun intelektual yang indisipliner , sehingga massa grass root ikut apa yang mereka lakukan.

Itulah perilaku dan keadaan bangsa kita yang sudah cukup sepuh ini. Ibarat manusia, yang sudah berusai 60 tahun pastinya banyak pengalaman, namun Indonesia tidak demikian, karena diusia 60 Tahun ini sedang cari pengalaman. Menyedihkan. :~(

Bang Ahmad, IMB Jogja
mujahidmuda1975@yahoo.com

I am The Winner (motifasi menghadapi ujian atau UAN)

Seorang pecundang akan berkata “Ini mungkin, tapi sulit” sedangkan seorang pemenang akan berkata “Ini sulit, tapi mungkin”

Sekarang kita tinggal memilih, kita akan menjadi siapa? Seorang pecundang atau seorang pemenang? Seorang pecundang yang hanya dengan melihat saja sudah menyerah, pasang kuda – kuda dan dalam hitungan ketiga lari menjauh. Seorang pecundang yang patah semangat, hilang kepercayaan diri, takut, dan percaya bahwa apa yang dilakukan akan percuma saja bahkan gatot (gagal total). Ataukah seorang pemenang, seorang pemenang yang percaya bahwa dia akan berhasil, dengan semangat, usaha, kerja keras, dan do’a dia percaya mampu menaklukkan dunia. Selanjutnya? Terserah anda!

Penulis yakin bahwa semua akan memilih menjadi seorang pemenang, karena memilih menjadi pemenang atau pecundang tidak sulit, sangat mudah hanya dengan memilih. Namun dalam pelaksanaan sulit untuk diterapkan.

Hidup adalah sumber masalah, pertempuran atau bahakan medan perang yang tidak akan pernah berhenti. Sejak kita lahir hingga membaca tulisan ini, semuanya pertempuran. Pertempuran melawan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, dan juga pertempuran melawan ketidak maha tahuan kita.

Kita tercipta menjadi seorang pemenang sayangnya kita sendiri menjadikan diri kita seorang pecundang. Bagaimana tidak waktu kita kecil kita tidak mampu berbuat apa – apa, yang bisa kita lakukan hanya menangis. Lihatlah diri kita sekarang, kita bisa berjalan bahkan berlari, kita bisa makan bahkan membuat makanan, kita bisa berbicara bahkan bernyanyi. Coba banyangkan apa yang akan terjadi apabila sejak kita terlahir kita menjadi seorang pecundang yang takut belajar berjalan karena takut jatuh, yang takut makan sendiri karena takut belepotan dan ketakutan – ketakutan yang lain. Mungkin manusia akan punah karena tak mampu berbuat apa – apa.

Apabila kita tercipta menjadi seorang pemenang, mengapa kita rubah diri kita menjadi seorang pecundang. Pecundang yang mencari kambing hitam atas kesalahannya, pecundang yang bila diberi penghalang akan berbalik arah, pecundang yang selalu mencari jalan pintas atas semua kesulitan, pecundang yang ingin sukses tanpa kerja keras dan pecundang yang selalu menunggu keajaiban turun dari langit.

Salah satu rintangan akan kita hadapi [UAS, UAN, Ujian semester], satu rintangan yang sangat mudah dibandingkan rintangan – rintangan yang akan kita hadapi dihari yang akan datang. Inilah saatnya kita menentukan menjadi siapakah kita? Seorang pecundang atau menjadi seorang pemenang? Pemenang yang dengan sepenuh hati percaya bahwa dia akan menang, pemenang yang sadar bahwa keajaiban tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan usaha dan kerja keras, pemenang yang tidak akan berbalik arah hanya karena ada penghalang didepannya, pemenang yang tidak akan bingung tuk mencari jalan pintas karena dia tahu dia berada di jalan yang benar, pemenang yang selalu menambah bekalnya untuk menemani perjalanannya, dan pemenang yang tidak akan membohongi diri sendiri dan orang lain tuk berbuat curang.

Jika kita memilih menjadi pemenang, masih ada waktu tuk menyiapkan semua bekal, masih ada waktu tuk menyingkirkan semua rintangan, masih ada waktu tuk mengubah pikiran kita terutama tentang apa yang kita pikirkan tentang diri kita.

And the last:
U ar what u think! So, u must believe that u ar the winner!! If u believe it, u’ll be the big winner!!
S’mangat!!